Berani #Lebih Baik Tanpa Hutang


Di suatu siang, 3 hari menjelang Lebaran….
Saia : “Ibu, ini saia melunasi kekurangan hutang.” sembari mengulurkan amplop berwarna putih.
Ibu : ” Loh ngapain dilunasi mbak, biarin sampe selesai aja kan masih kurang sekian puluh juta, kurang 13 kali aja cicilannya.”
Saia : ” Enggak ibu, ini Alhamdulilah saia ada rejeki, saia hitung-hitung cukup untuk melunasi pinjaman 🙂 “

Beberapa puluh menit kemudian….

Yesss, LUNAAAASSSS 😀

Alhamdulilah terhitung bulan Agustus 2015 nanti saia bisa bernafas lega, mengapa begitu? Ya karena hutang ini sudah bikin cashflow bulanan saia kacau selama berbulan-bulan hihihi **nyengir

Saia memang berkeinginan kuat untuk melunasi hutang ini sejak 3 bulan sebelumnya namun apa daya dana belum mencukupi. Ketika akhirnya saia mengambil keputusan membayar hutang sebelum lebaran, bukan berarti tidak ada gejolak hati yang harus saia redam.

Bayangkan ya, sudah menjadi hal yang biasa bagi saia jika lebaran datang maka pengeluaran untuk lebaran lebih banyak dari pendapatan lebaran seharusnya (tolong jangan ditiru ini ya hehe). Saia pun berucap Bismillah…Niat Baik pasti mendapat ridho dari Allah SWT, urusan nanti lebaran gak ada uang cash lebih, yang terpenting makna lebaran wajib tercapai kan ya, aseeekk 😉

Kebiasaan Lebaran tahun-tahun sebelumnya, keluarga besar selalu ngumpul lebaran kedua dirumah eyang di Jombang. Biasanya saia berangkat bareng keluarga tapi kerumah mertua dulu, baru lebaran kedua nimbrung sama keluarga besar dirumah eyang. Lebaran tahun ini sedikit berbeda, acara kumpul keluarga besar dipusatkan di Sidoarjo, nah looo **tepok jidat

Lalu, bagaimana cara keluarga saia bisa mudik kerumah mertua di Jombang? Galau melanda ditengah krisis ekonomi hehe, lah gimana, mau naek motor kan ya gak mungkin bawa anak umur 2,5 tahun, kasian cyiiinnn 😀

Alhamdulilah ada perubahan rencana, jadwal penjemputan eyang dimajukan sehari, saia bisa mudik deh huraaaayyy hehe. Lah terus, besok baliknya gimana? Entahlah 😀

Alhamdulilah ditemani bapak mertua langsung cuzz ke stasiun beli tiket kereta, gak perlu yang mahal kelas eksekutif (yaiyalah lebaran gak mungkin ada seat tersisa), cukuplah tiket kereta ekonomi yang dulunya biasa disebut Kereta Rakyat Djelata (KRD). Eitss biar kata kereta ekonomi tapi AC nya bikin menggigil kedinginan, modal duit sepuluh ribu rupiah per orang bisa balik ke Sidoarjo tanpa lelah berkeringat, nyamaaan 🙂

koerdi fam kontingen sda

Koerdi Fam – Kontingen Sidoarjo 🙂

Lalu, Apa yang membuat saia begitu nekat melunasi hutang dengan efek samping menyeramkan di kala momen lebaran menjelang?

Begini ceritanya, menurut pakar perencana keuangan, dalam mengelola keuangan keluarga tersebutlah prosentase-prosentase dari pos kebutuhan hidup dalam satu bulan. Pos Hutang sewajarnya diberikan prosentase 30 saja dari total pendapatan dalam satu bulan, selebihnya terbagi-bagi untuk pos-pos lainnya.

Ketika saia sedang mencoba membenahi keuangan keluarga, tung itung ituuuung taraaaa….. dan hasilnya bikin nyesek dada 😀 Pos hutang saia ternyata sudah melebihi 50%, lima puluh perseeennn sodara sodaraaa, mampuuusss!!! Pantesan dada ini selalu kembang kempis dari bulan ke bulan haha lebaayy.

Hitungan pun berlanjut, kali ini memasuki ranah untung rugi, masalah bunga hutang. Pinjaman saia ini dikenakan bunga sebesar 1% tiap bulan. Iyaah cuman satu persen, kedengarannya dikit banget gitu ya tapiiii kalo setahun jadinya kan ya 12% haha.

Misal : pinjaman saia sebesar 50 juta, dicicil 20 kali, bunga 1% per bulan. Maka tiap bulan saia membayar 2,5 juta untuk cicilan pokok dan 500 ribu untuk bunganya, total bayar 3 juta rupiah broooo. Walhasil ketika lunas nanti, total bayar hutang = 3 juta x 20 kali = 60 juta 😀

“Lalu, investasi apa yang bisa memberikan keuntungan 500 ribu per bulan, untuk membayar bunga pinjaman?” tanyanya.

Bagai tersambar petir demi mendengar kalimat tanya itu, otak saia berpikir keras huft.

“#Lebih baik hutang sama diri sendiri daripada hutang diluar sana, jual semua aset yang memungkinkan untuk melunasi pinjaman tersebut, cairkan investasi reksadananya, yang penting Jangan utak-atik dana pendidikan anak.” sarannya kemudian.

Baeklah, saia membulatkan tekat untuk melunasi hutang ini maksimal sebelum lebaran. Start di bulan April saia mulai membuat daftar, mengumpulkan pundi-pundi uang yang terserak di rekening-rekening, sesegera mungkin menyisihkan pendapatan lain-lain seperti honor, uang harian perjalanan dinas ke dalam dompet terpisah dan saia tidak berani menyenggol dompet ini sama sekali.

Tiga bulan berlalu namun dana belum juga mencukupi, akhirnya saia menjual 35gr logam mulia yang sampe sekarang harga jualnya enggak bagus hiks. Dan Alhamdulillah sudah terbayar lunaaasss 🙂

Wisga Fam :)

Wisga Fam 🙂

Lebaran 2015 #lebih baik bagi keluarga saia, “hanya” menanggung hutang dalam bentuk KPR rumah, tidak memiliki hutang lain-lain dalam nominal besar maupun kecil. Ada perasaan bangga yang tersemat dalam dada saia, yang awalnya saia mulai pesimis namun Allah Yang Maha Baik mengabulkan doa-doa yang saia panjatkan.

13 thoughts on “Berani #Lebih Baik Tanpa Hutang

  1. Kata Rasulullah, hutang itu membuat derajat seseorang turun. Jadi bewrsyukur kalo udah gak punya hutang. Rasanya hidup damaiiii. 😀

    ( kunjungan balik dari bundadhia.blogspot.co.id )

Leave a reply to evrinasp Cancel reply