Air Susu Ibu, yang biasa kita kenal dengan singkatan ASI.
Apakah ada yang tahu tentang ASI? **ngacuuuunng 😀
Jakarta, 30 Juli 2015 – “Menyusui adalah sesuatu yang alami, kodrati. Namun di tengah dunia yang semakin modern dan kompetitif ini, semakin banyak tantangan yang harus dihadapi oleh Ibu Menyusui. Terlebih bagi ibu yang juga harus bekerja di luar rumah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Kesuksesan ibu menyusui bayinya ditentukan oleh banyak faktor, antara lain dukungan lingkungan sekitarnya. Untuk itu pada perayaan Pekan ASI Sedunia 2015 ini, kami mengajak semua pihak untuk mensukseskan kegiatan menyusui. Ibu menyusui dan bekerja, mengapa tidak? Mari kita sukseskan!” ungkap Mia Sutanto – Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Pusat pada konferensi pers di Jakarta, 30 Juli 2015.
World Breastfeeding Week (WBW) atau Indonesia disebut dengan Pekan ASI Sedunia (PAS) dirayakan setiap tanggal 1-7 Agustus setiap tahunnya. Tema yang diusung seluruh negara setiap tahunnya sama, untuk tahun 2015 ini adalah “Menyusui dan Bekerja: Mari Kita Sukseskan!”.
Yap, minggu ini dikenal dengan Pekan ASI Sedunia (PAS). Saia mulai ngelirik tetek bengek tentang ASI ketika sedang hamil anak pertama di tahun 2012 (anak kedua kapan maaaakkk hihihi). Banyak suka duka saia alami ketika menjadi ibu menyusui yang berjuang untuk memberikan hak anak, mendapatkan asi eksklusif selama 6 bulan.
Time flies, saia merasa proses menyusui pada anak pertama bisa dibilang berhasil tapi bisa dibilang gagal juga. Mengapa begitu?
Banyak faktor yang mempengaruhi, tentu saja faktor utama berkaitan dengan lingkungan terdekat. Saia kurang memiliki ilmu tentang per-ASI-an walhasil saia kurang bisa meyakinkan keluarga bahwa saia mampu menyusui, mampu memberikan asupan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup bayi selama minimal 6 bulan tanpa tambahan asupan selain ASI.
Sudahlah ya, yang lalu biarlah berlalu. Begitu kan 🙂 Minta doanya saia akan balas dendam positif pada anak kedua nanti, Bismillah asi eksklusif sampai usia 2 tahun, Aamiin 🙂
Dukungan Tempat Kerja
Saia memilih mengambil peran ganda sekaligus, menjadi ibu bagi anak-anak dan ibu bekerja diluar rumah. Gampang? Ya enggak lah, banyak resiko yang harus saia hadapi.
“Pada saat aktivitas mencari nafkah, perempuan bisa bekerja pada lingkungan informal ataupun sektor formal. Dimanapun ia bekerja, pemilik tempat kerja harus bertindak pada tiga area: Waktu, Ruang/Jarak dan Dukungan, untuk menciptakan tempat kerja yang ramah bagi ibu menyusui,” ujar Nia Umar – Wakil Ketua AIMI Pusat.
Waktu mencakup cuti bersalin selama tiga bulan dengan dibayar penuh bagi semua perempuan di semua sektor, satu atau lebih kesempatan istirahat untuk menyusui dengan dibayar penuh, atau pengurangan jam kerja setiap hari untuk menyusui bayinya, dan jam kerja yang fleksibel untuk menyusui atau memerah ASI seperti jadwal kerja paruh waktu, pembagian pekerjaan dll. Dalam hal ruang/jarak, dapat disediakan tempat perawatan bayi dekat dengan tempat kerja sehingga ibu dapat bersama dengan bayinya. Fasilitas atau ruang pribadi atau ruang tertutup untuk memerah dan menyimpan ASI perlu disediakan di tempat kerja. Juga tersedianya lingkungan kerja yang bersih. Perempuan juga memerlukan dukungan sepenuhnya dari anggota keluarga, masyarakat, pemberi kerja, rekan kerja, dan atasan, dalam bentuk perilaku positif terhadap menyusui dan pengertian terhadap situasi pekerjaan. Perempuan harus diinformasikan dengan baik mengenai hak-haknya terkait maternitas.
“Langkah tindakan pada area-area ini telah terbukti sangat penting untuk keberhasilan menyusui,” kata Nia.
Waktu. Seperti yang sudah diketahui, cuti bersalin yang diberikan satu bulan menjelang persalinan dan dua bulan setelah persalinan. Alhamdulilah saia bisa merasakan cuti selama 3 bulan meski saia kembali bekerja ketika anak usia 2,5 bulan. Beda dengan teman saia yang mengalami kelahiran di usia kandungan 8 bulan, cuti yang diberikan hanya 2 bulan setelah persalinan saja dikarenakan penertiban administrasi. Jadi, saia mendukung sekali jika cuti bersalin bisa diberikan selama 6 bulan, bisa dipastikan lebih banyak dampak positif yang dirasakan ibu dan bayi. Dan tidak menutup kemungkinan, ibu bisa menjadi lebih produktif di tempat kerja.
Selama kurang lebih 1,5 tahun saia ke kantor bawa peralatan perang perah ASI. Pro Kontra pasti ada lah ya, gak asik dunia ini kalo gak ada begituan hihihi 😀 dan tahukah anda, dimana saia pumping? Alhamdulilah masih ada kamar mandi yang bisa saia gunakan. Kamar mandi iyaahh kamar mandi alias toilet. Bersih? ya enggak tapi ya gimana lagi hehe. Problemnya ketika ada yang mau pake toilet, gedor-gedor pintu lah itu orang-orang. Syumuk bin panas banget loh pumping di toilet, spa gratis deh. Pegel juga kan musti berdiri selama pumping, ah demi anak 😀
Saia dulu kejar tayang, gak punya stock ASIP melimpah. Kadang bingung juga kalo ASIP menipis sedangkan saia sedang lelah (alasan hihihi). Rasanya pengen pulang cepet aja biar bisa netekin anak hehe semaunya sendiri. Tapi sekarang udah banyak jasa kurir ASI, habis pumping bisa langsung dianter kerumah hati pun tenang, seperti temen saia yang menyediakan jasa kurir ASI. Membantu banget ibu-ibu yang kejar tayang kayak saia ini hehe 😀
Saia percaya akan berjuta-juta manfaat pemberian ASI pada bayi, baik pada sisi kesehatan fisik maupun kesehatan psikologis ibu dan bayi. Saia mendukung pemenuhan kebutuhan edukasi bagi masyarakat akan pentingnya memberikan ASI eksklusif minimal 6 bulan hingga usia anak 2 tahun. Dan saia juga mendukung terbentuknya lingkungan yang ramah ibu dan bayi dimanapun saja. Sukseskan 🙂
teman kerja malah pumping sambil mengikuti training di kelas karena produksi ASI-nya banyak
wah kereeen, saia pernah pas ada acara diluar, akhirnya menyelinap ke kamar mandi ditengah acara hehe
anakku ntar mau tak kasih ASi full mbak….
Aamiin, semangat ngASI yak mbak 🙂
Iya seharusnya ada peraturan yang mewajibkan setiap kantor untuk menyediakan ruang untuk menyusui atau memerah ASI. sekarang saya lagi program ASI eksklusif buat anak ketiga. alhamdulillah kedua anak yang lain lulus ASI eksklusif
iyah mbak,semoga kedepan kebutuhan ibu menyusui lebih diperhatikan, sukses ASI eksklusifnya yaak 🙂
semoga artikel dapat memberikan kepada ibu yang kadang tidak mau menyusui bayinya karena alasan takut itu dan ini
Aamiin,semoga makin banyak masyarakat yang teredukASI 🙂
EdukASI sudah semakin santer, mba. Insyaallaah ke depan akan semakin banyak ruang khusus laktasi
Aamiin,iyah mbak.Berharap makin banyak yang peduli kebutuhan ibu dan bayi 🙂
alhamdulillah Alfi full ASI sampai 6 bulan, dan lanjut habis itu cuma hanya bertahan sampai usia 1,5 tahun saja, padahal masih setengah tahun lagi ya, soalnya waktu itu saya harus dinas luar
Alhamdulilah mbak, saia juga sampe 1,5 tahun aja
Wah info yang bermanfaat sekali, terimakasih sudah sharing mbak. Semoga semakin banyak kantor yang tergerak untuk bikin ruangan program menyusui yang memadai ya, sekaligus freezernya hehe 🙂
Aamiin, semoga makin banyak fasum untuk ibu dan bayi plus freezernya hehe.makasih sudah mampir 🙂
alhamdhulilah sekarang mah banyak tempat belajar dan berbagi, jamanku ngASI dulu belum banyak info. moga2 makin banyak ibu2 yg sadar ASI ya
Ho oh mbak alhamdulilah sekarang udah banyak media belajar ASI, makin mudah nyari ilmunya 🙂